Banyak yang mempertanyakan kenapa seseorang memiliki perbedaan dengannya. Beberapa sampai menjadi terlalu serius meilikirkannya atau malah menjauhi perbedaan itu. Dengan harapan bisa menenangkan diri dari gangguan yang kita sebut sebagai perbedaan.
Ketika kita memiliki perbedaan yang mendorong kita memaknai sesuatu secara berbeda, akan lebih banyak orang bertanya-tanya daripada menyetujui pandangan kita. Hal ini sesuai dengan prinsip pandangan umum yang melihat pandangan kebanyakan orang atau mayoritas sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi. Itulah yang mereka sebut kesamaan.
Hal ini tentu saja menjadi sesuatu yang sebenarnya akan sering ditanyakan oleh orang yang berbeda daripada orang umum. Ini bukan tentang benar atau salah, tetapi ketika sesorang yang memiliki pandangan berbeda dan lebih banyak orang yang mempertanyakan keputusannya daripada membiarkannya. Maka sesungguhnya pertanyaan akan lebih banyak muncul dari seseorang yang berbeda.
Pertanyaannya adalah, mengapa pandangan umum bertanya-tanya? Jawabannya sederhana. Berdasarkan Majority Rule, (suatu aturan pengambilan keputusan yang memilih alternatif mayoritas, yaitu, lebih dari setengah suara), pandangan yang diterima adalah pandangan umum. Sehingga pandangan yang berbeda harus memberikan alasan yang rasional untuk bisa dipertimbangkan. Akan tetapi, hal tersebut terlalu merepotkan untuk menjadi penghalang kita untuk berpikir secara berbeda.
Bentuk lebih ekstrim lagi adalah bahwa mereka menganggap kita sebagai bagian yang melawan arus. Kami tidak melawan arus. Bagaimana jika kami katakan bahwa kami hanya mencari jalan yang kami anggap lebih memungkinkan daripada sekedar mengikuti kerumunan. Daripada mengikuti pandangan umum yang macet di tengah jalan, kami memilih berjalan di pinggir jalan atau malah di tengah jalan yang tidak digunakan oleh orang-orang. Tentunya dengan resiko tersendiri.
Seperti kendaraan yang menyerobot jalur busway karena tidak mau terjebak kemacetan, kami memikirkan hal yang serupa. Daripada berdesak-desakan di waktu dan tempat tertentu. Kami bisa mengalihkan pilihan ke tempat atau waktu lain, tentu saja jika pintu alternatif memang tidak tersedia. Bukan karena kami tidak mau menerima kenyataan, tetapi lebih kepada mempertimbangkan alasan kita harus mengikuti kerumunan jika kita bisa menggunakan cara yang lebih mudah. Tentu saja pertanyaan pertama sebelum mengambil pilihan adalah seberapa penting keputusan tersebut dan apakah memungkinkan untuk kita menghindari kerumunan dan mencapai tujuan yang seharusnya.
Jakarta, 2 Januari 2011
sos
No comments:
Post a Comment