Search This Blog

Saturday, January 21, 2012

Mimpi VS Realita

Keajaiban membutuhkan waktu, mimpi yang terwujud juga membutuhkan waktu. Kita hidup diantara dua dimensi yang berbeda, tetapi berjalan dalam satu waktu dan satu kehidupan. Kedua hal ini disebut sebagai mimpi dan realita. Saya menganggap realita adalah si sulung dan mimpi adalah si bungsu. Orangtua yang baik adalah orangtua yang akan menyayangi semua anaknya. Begitu pula dengan kita, mimpi-mimpi serta realita dalam kehidupan adalah anak-anak kita. Kelompok pertama lebih menyayangi si sulung, yaitu realita kehidupan. Segala tindakan mereka dilakukan atas dasar realitas kehidupan dan yang biasanya selalu berhubungan dengan urusan perut, sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), dan uang. Mereka tidak peduli apakah mereka menikmati pekerjaannya atau tidak. Mereka juga tidak peduli dengan kemampuan-kemampuan khusus yang sebenarnya ada dalam diri mereka yang apabila dikembangkan akan melambungkan hidup mereka ke tempat yang jauh lebih tinggi. Mereka akan mudah panik ketika sumber keuangan mereka mulai tersendat dan merasa berbahagia kalau sumber pendapatan lancar.

Si bungsu adalah mimpi-mimpi dalam kehidupan kita. Dia sepertinya lebih lemah dan harus dilindungi oleh si sulung pada awalnya. Si bungsu memiliki kreativitas yang sangat tinggi dan kemampuan khusus yang sangat dalam, tetapi dia membutuhkan waktu untuk menemukan bentuknya dan berkembang.

Yang ingin saya jelaskan di sini adalah, si sulung dan si bungsu harus bekerja sama. Sambil menunggu si bungsu tumbuh besar dan kuat, si sulung harus yang menjadi penopang dari kebutuhan dasar kehidupan sehari-hari. Kita hidup di alam realita, tanpa makanan hari ini kita akan mati sebelum mimpi-mimpi besar kita terwujud!

Ketika kita ingin membangun sebuah gedung yang besar dan indah, kita tidak bisa hanya membangun atap atau badan gedung saja agar tampak keren bagi orang-orang lain. Tetapi, dalam membangun, kita harus mulai dengan membuat fondasi yang berada di bawah permukaan tanah, sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain.

Inilah bagian yang paling berat, tetapi paling menentukan berhasil tidaknya proyek yang sedang kita jalankan. Banyak orang lebih suka memikirkan buah, tetapi tidak memeperhatikan akar. Padahal, tanpa akar tidak akan ada buah. Tanpa dukungan dari grassroot (massa pendukung rakyat biasa), seorang pemimpin tidak akan bertahan lama dalam posisinya. Lakukanlah apa yang Anda harus lakukan hari ini, tetapi jangan biarkan mimpi itu padam.

Source: Seven Cowards (by Edysen Shin)

Jakarta, 21 Januari 2012
sos

No comments:

Post a Comment